Optimalisasi pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning dengan permainan Talking Stick pada siswa SMA N 9 Purworejo

Matematika adalah pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai oleh sebagian besar siswa. Hal inilah yang menjadi tugas bagi guru mata pelajaran matematika bagaimana menciptakan suasana pembelajaran matematika menjadi menyenangkan sehingga siswa tidak takut lagi, tidak bosan dalam pembelajaran matematika. Salah satu cara untuk menciptakan suasana pembelajaran matematika yang menyenangkan yaitu menggunakan model pembelajaran Contextual teaching and learning (CTL) dengan permainan Talking Stick.

Secara bahasa kata Contextual berasal dari kata contex yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian, contextual diartikan “yang berhubungan dengan suasana (konteks)”. Sehingga, contextual teaching and learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. CTL adalah suatu konsep belajar di mana guru menghadirkan situasi dunia nyata dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan, sementara siswa memperoleh pengetahuan sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal memecahkan masalah dalam kehidupannya

Sedangkan Talking Stick merupakan salah satu model yang yang menekankan pada keterlibatan peserta didik pada proses belajar mengajar, untuk berani mengemukakan pendapat. Model ini dapat memberikan motivasi kepada peserta didik supaya belajar aktif dalam memahami dan menemukan konsep, sehingga peserta didik mampu menghubungkan soal dengan teori yang ada. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan model talking stick guru harus mampu berperan sebagai motivator dan fasilitator agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif, untuk itu guru harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan mampu memanfaatkan teknologi modern, dan potensi lingkungan sekitar untuk dijadikan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran.

Model pembelajaran talking stick melatih peserta didik untuk mampu menguji kesiapan peserta didik, melatih keterampilan peserta didik dalam membaca dan memahami materi pelajaran dengan cepat dan mengajak mereka untuk terus siap dalam situasi apapun, pembelajaran talking stick sangat cocok diterapkan bagi peserta didik.

Langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut :

  1. Guru menyiapkan tongkat dan kartu
  2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
  3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi lebih lanjut
  4. Setelah peserta didik selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya kemudian peserta didik menutup bukunya dan mempersiapkan diri menjawab pertanyaan dari guru
  5. Guru mengambil tongkat dan menyalakan musik kemudian peserta didik memulai menggilir tongkat dari peserta didik satu ke peserta didik yang lainnya
  6. Guru mematikan musik, dan peserta didik yang memegang tongkat dia yang harus mencabut nomor yang berisi pertanyaan kemudian peserta didik harus menjawab, demikian seterusnya sampai sebagian besar mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
  7. Guru memberikan kesimpulan
  8.  Penutup.

 

Kelebihan model pembelajaran Talking Stick adalah:

  1. Melatih konsentrasi dan kesiapan peserta didik
  2. Melatih daya ingat peserta didik
  3. Meningkatkan kreativitas peserta didik secara fisik,mental, intelektual, dan emosional
  4.  Melatih peserta didik berlatih berbicara didepan peserta didik yang lain
  5.  Membantu peserta didik untuk giat belajar
  6.  Dapat mengukur tingkat pemahaman peserta didik secara langsung dan secara Individu
  7.  Terwujudnya pembelajaran yang menyenangkan karena ada unsur bermain.

Kekurangan model pembelajaran Talking Stick yaitu jika guru tidak mengendalikan kondisi kelas, maka suasana kelas akan ribut.

Pembelajaran menggunakan model CTL dengan permainan talking stick pada siswa kelas X MIPA 1 SMA N 9 Purworejo Tahun Pelajaran 2019/2020 dianggap mampu menumbuhkan minat belajar matematika siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya antusias dan partisipasi siswa dalam pembelajaran matematika. Suasana belajar matematika menjadi terasa menyenangkan dan siswa tidak cepat bosan. Dalam kegiatan ini sebagai guru ASN juga menerapkan nilai dasar ASN yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu dan Anti Korupsi yang biasa disingkat ANEKA. Nilai akuntabilitas dalam kegiatan ini dapat ditunjukkan melalui manajemen kelas secara tanggung jawab, menyiapkan materi secara jelas berdasarkan RPP yang telah dibuat dan melaksanakan kegiatan dengan penuh integritas. Nilai nasionalisme dapat ditunjukkan melalui berdoa sebelum memulai pelajaran dan kerja keras dalam memanajemen kelas. Nilai etika publik dapat ditunjukkan dengan adanya komunikasi yang baik antara guru dengan siswa. Nilai komitmen mutu dapat ditunjukkan melalui menyiapkan materi, melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien. Nilai anti korupsi dapat ditunjukkan dengan disiplin dalam pelaksanaan pembelajaran dan membuat evaluasi kegiatan pembelajaran secara jujur.


    Kirim Komentar